Jumat, 13 Oktober 2017

Impian untuk Usaha


Impian untuk usaha adalah hal yang wajar muncul dalam setiap insan yang ingin maju. Usaha yang berhasil bagaimanapun dimulai dari beberapa kali kegagalan yang bisa jadi menyakitkan dan membuat hati ini kapok ngak ketulungan. Namun sebenarnya itulah pelajaran yang paling hakiki dan perlu dilalui karena hikmahnya begitu besar untuk mendewasakan kita. Jadi...... tidak boleh ada kata berputus harapan, bahkan sebaliknya semakin optimis untuk memulai lagi dengan cara yang jauh berbeda.. Bagi siapa yang selama ini mengacaukan usaha kita, haruslah menjadi perhatian khusus, karena trouble maker bukan saja harus dihindari, lebih jauh lagi.. perlu dibuat aturan-aturan yang tegas dan konsisten sehingga ruang geraknya benar-benar tertutup.


            Bagi saya sejatinya tidak sedikitpun merasa dirugikan dari kasus ini, karena memang dimulai dengan musyawarah dan "niat yang baik" untuk mewujudkan usaha keluarga. Warnet dan Kafe yang kemarin saya rintis, lebih jauh hanyalah merupakan “tes case”. Hasilnya telah saya peroleh berupa rekam profil terutama untuk orang-orang yang terdekat, tentang sifatnya lebih jauh yang sangat menyedihkan terkait dengan terkikisnya nilai-nilai kejujuran dan amanah. Pengalaman ini telah melahirkan ketegasan yang tumbuh kuat dalam diri, dan ini akan terus saya pelihara dan perkuat tanpa pandang bulu.

Kenapa perlu ketegasan... karena memang masih ada orang yang berniat buruk disekeliling kita. Kegagalan usaha warnet dan kafe yang sebelumnya, kuat dugaan karena kurangnya pengawasan dan tidak tegasnya memberikan sanksi terhadap orang-orang yang sudahjelas-jelas melanggar amanah walaupun dari keluarga dekat sendiri. Memberi angin bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab tersebut sama saja dengan menghancurkan usaha kita, bahkan mereka dapat lebih jauh mengambil alih atau menguasai sepenuhnya.

Namun saya yakin, dengan niat untuk berbagi, Allah SWT akan menjaga kita. Perilaku orang-orang serakah itu pasti akan kena batunya, sehingga mereka merasakan sendiri resiko perbuatannya. “Air susu dibalas dengan air tuba” itulah ungkapan yang sesuai untuknya.

Mereka melakukan itu bukan tidak merasakan kebaikan orang lain untuk dirinya, tetapi karena sudah dikuasai oleh hawa nafsu dan keserakahan. Untuk tipe orang seperti ini kita tidak perlu ragu untuk bertindak tegas, kalau tidak kita justru yang akan tenggelam dibuatnya. Lebih jauh lagi orang-orang baik yang selama ini bersama kita menjadi tidak respek, mereka justru yang akan merasa terzalimi oleh tindakan kita. Mereka sudah berusaha susah payah untuk memajukan usaha kita, namun ada 'orang yang licik' yang dengan mudah dan seenaknya merusak.

          Wabil khusus, saya merasa yakin..... Allah SWT akan menggantikan keberhasilan yang tertunda ini menjadi sesuatu yang jauh lebih indah dan bermakna. Kita hanya diminta berusaha secara optimal, sementara hasilnya adalah domain Allah semata. Bermakna semata-mata semuanya terjalin dalam bingkai dakwah Illalah, yang menunjukkan kebesaran agama Allah yang dibawa utusan Nya... Rasullullah SAW.

            Tulisan ini merupakan memori lebih 10 tahun usaha bersama yang masih jauh dari harapan.  Semua ini akan terus melekat dalam ingatan sebagai pedoman untuk mewujudkan setiap langkah kedepan. Selanjutnya menumbuhkan suatu kebulatan tekad untuk terus memulai sesuatu yang baru dalam segala aspek kegiatan dan interaksi sosial.

            Bagaimanapun kita harus membedakan silaturahmi kita dengan orang yang amanah dan tidak. Sehingga kita perlu terus silaturrahmi dan terbuka terhadap orang yang amanah. Bagi yang tidak amanah, dalam berinteraksi lakukan hanya seperlunya, jangan sampai berlebih apalagi terbuka... namun tetap sopan dan santun.

            Mengenai interaksi dalam dunia usaha saat ini sudah secara penuh dilakukan online. Tentu saja ini memerlukan tingkat kejujuran yang tinggi. Dengan online, hanya yang jujur dan berkualitas saja yang dapat terus berkembang, sementara yang khianat dan ceroboh cepat hilang dari peredaran dan terkunci secara digital dalam memori yang buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar